
Ketika berbicara tentang infrastruktur jalan, sering kali kita mendengar keluhan masyarakat: “Kenapa jalan ini baru sebulan selesai dibangun, sudah retak lagi?” Namun, di sisi lain, ada juga jalan yang usianya puluhan tahun tetap kokoh, bahkan jarang sekali membutuhkan perbaikan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya yang membedakan keduanya?
Faktor Utama yang Mempengaruhi Umur Jalan
Perbedaan kualitas dan ketahanan jalan sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor teknis dan non-teknis yang menentukan apakah sebuah jalan akan bertahan lama atau cepat rusak. Beberapa di antaranya adalah:
-
Kualitas Perencanaan dan Desain
Jalan yang awet biasanya dirancang dengan memperhitungkan kondisi tanah, iklim, dan volume lalu lintas yang akan melintasinya. Sebaliknya, jalan yang cepat rusak sering kali dibangun tanpa kajian teknis mendalam. -
Pemilihan Material
Material aspal, agregat, atau beton dengan kualitas rendah tentu akan memperpendek umur jalan. Jalan yang awet puluhan tahun biasanya menggunakan material sesuai standar internasional dan diuji sebelum diaplikasikan. -
Sistem Drainase
Air adalah musuh utama perkerasan jalan. Jika air hujan dibiarkan menggenang atau meresap ke lapisan dasar, jalan akan cepat melemah. Jalan yang bertahan lama selalu dilengkapi dengan drainase yang baik. -
Pelaksanaan Konstruksi
Faktor lapangan juga memengaruhi. Mulai dari proses pemadatan tanah, pencampuran aspal, hingga teknik penghamparan harus dilakukan sesuai prosedur. Kelalaian kecil dapat berakibat pada retakan dini. -
Beban Kendaraan yang Melebihi Kapasitas
Jalan desa yang sering dilalui truk tambang, misalnya, akan lebih cepat rusak jika tidak didesain untuk menahan beban berat. Jalan yang awet biasanya sudah disesuaikan dengan proyeksi lalu lintas jangka panjang. -
Pemeliharaan Rutin
Jalan bukanlah infrastruktur sekali bangun lalu dibiarkan begitu saja. Jalan yang bertahan lama biasanya mendapatkan perawatan preventif secara berkala, seperti penutupan retak kecil sebelum berkembang menjadi lubang besar.
Mengapa Ada Jalan yang Cepat Retak?
Ketika salah satu dari faktor di atas diabaikan, risiko kerusakan dini sangat tinggi. Misalnya, pembangunan jalan dengan material berkualitas rendah demi menekan biaya proyek, atau kurangnya perhatian pada drainase yang menyebabkan air merusak lapisan pondasi. Bahkan, faktor non-teknis seperti manajemen anggaran atau pengawasan proyek juga berpengaruh besar pada kualitas akhir jalan.
Dampak Jalan Cepat Rusak
Jalan yang cepat rusak tidak hanya merugikan dari sisi biaya perbaikan, tetapi juga berdampak pada keselamatan pengguna jalan, memperlambat distribusi barang, dan menurunkan citra pemerintah maupun kontraktor yang membangunnya. Biaya perbaikan berulang justru jauh lebih besar dibanding investasi awal untuk membangun jalan berkualitas.
Kesimpulan
Perbedaan antara jalan yang awet puluhan tahun dan jalan yang baru sebulan sudah retak terletak pada kedisiplinan menerapkan prinsip rekayasa jalan secara menyeluruh. Mulai dari tahap perencanaan, pemilihan material, konstruksi, hingga pemeliharaan, semuanya harus dilakukan dengan standar tinggi.
Infrastruktur jalan adalah tulang punggung mobilitas masyarakat dan perekonomian. Karena itu, membangun jalan yang berkualitas bukan sekadar proyek fisik, melainkan investasi jangka panjang untuk masa depan.